Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri
Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari
zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya?
apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat
di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta
Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada
kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah
dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan
hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak
mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin
mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta
sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi
hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National
Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang
begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan
menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi
karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu
telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan
bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna,
dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya,
rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh
aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon
dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat
seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan
dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
(sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah,
gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan
anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda?
Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda
ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan
anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah
anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan
juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku,
bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau
ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang
tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa
cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya
yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila
rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan
tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak
lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku!
bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia
bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta
anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda
kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam
keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah
gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat
yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu
bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang
wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al
Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam
hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan
hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku? Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku. Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu
merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang
untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya:
bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga
menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah,
taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam,
didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian
Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda
bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba,
impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain.
Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya
yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata:
“Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu l
ama
Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang
menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak).
Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia
sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun
bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan
selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini,
Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai
Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam
mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam
membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil
kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya.
Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana
saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami
oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan
yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak
heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa
waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam
ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita
itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya,
maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan
mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu,
tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka
setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat
anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam
badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda
menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan
tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan
setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi
membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai
asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai
menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas
urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari
bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras
wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah
berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda
berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة
“Maka
mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang
dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami)
dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah
sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda.
Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan
anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin
anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya
layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus
menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا
وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya,
seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta
kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya
engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia
dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا
خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ
إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه
الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan
akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah
lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan
besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta
yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan
senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak
pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah
menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang
yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah
kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi.
Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu
walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di
hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa
setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah
menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga
hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan
betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya
bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku!
hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang
suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau
sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata:
“Cinta
karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau
cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia
berlaku kasar kepadamu."'
Yang
demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal
sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai
tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan
sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta
andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi,
pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia
beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku!
setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya:
Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati?
Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
Sumber: http://pengusahamuslim.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
comment here