31 Oktober 2012

Surat Nabi Muhammad s.a.w Kepada Hercules (Pemerintah Rome)


Surat Nabi Muhammad s.a.w Kepada Hercules (dalam sebuah hadis yang panjang)


Hadis riwayat Abu Sufyan r.a, ia berkata: Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, iaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah saw. Ketika aku berada di Syam, datanglah sepucuk surat dari Rasulullah saw. yang ditujukan ke Hiraklius, Penguasa Romawi.

Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?

Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya,

Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata: Lalu aku menjawab: Aku.

Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.

Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?

Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?

Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak.

Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?

Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?

Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah.

Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?

Aku menjawab: Tidak.

Dia bertanya:Apakah kamu sekalian memeranginya?

Aku menjawab: Ya.

Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?

Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.

Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?

Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.

Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?

Aku menjawab: Tidak.

Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.

Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.

Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.

Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.

Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.

Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.

Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.

Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.

Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?

Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.

Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya.

Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Besar Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.

Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.

(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).

Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar, Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.

Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah saw. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.

- Hadis Riwayat Bukhari & Muslim

26 Oktober 2012

Dosa Siapakah Atas Kejahilan Manusia?


Oleh: Prof Madya Dr Mohd Asri Zainul Abidin


Apabila tulisan saya ‘Bolehkah Bukan Muslim Selamat Dari Neraka’ keluar minggu lepas, maka ada pula yang berkata bahawa manusia sepatutnya dapat berfikir sendiri untuk mencari agama yang sebenar. Ada yang bertanya ‘jika ada bukan muslim yang terlepas dari hukuman Allah disebabkan hujah Islam yang tidak sampai kepada mereka, maka siapakah yang bersalah?’.


Idea bahawa manusia tanpa wahyu Allah pun boleh berfikir sendiri untuk memahami agama dengan melihat kepada kebesaran Allah di alam ini adalah idea aliran muktazilah. Namun idea ini tertolak dengan bukti terbesar Allah mengutuskan para rasul dan mewajibkan dakwah serta pengajaran. Jika manusia boleh berfikir tentang agama sebenar sendirian, maka apa perlunya pengutusan para rasul? Apa perlunya diwajibkan dakwah?

Melihat alam ciptaan Tuhan membolehkan manusia menyimpul tentang kewujudan dan kebesaran Tuhan. Namun, manusia tidak mungkin tahu agama yang sebenar melainkan dengan kedatangan hujah wahyu. Jika Nabi s.a.w sendiri tidak tahu tentang agama yang sebenar sebelum ketibaan wahyu, bagaimana mungkin manusia di timur dan barat, di hutan dan padang pasir, yang bodoh dan cerdik, yang terpelajar dan buta huruf, yang kuat dan yang lemah difardukan memahami sendiri agama yang sebenar tanpa kedatangan hujah Islam kepadanya? Kemudian mereka dihukum Tuhan? Mustahil.

Firman Allah: (maksudnya)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh dari sisi Kami (Al-Quran) sedangkan engkau tidak pernah mengetahui (sebelum diwahyukan kepadamu): apakah Kitab (Al-Quran) itu dan tidak juga mengetahui apakah itu iman ; akan tetapi Kami jadikannya (Al-Quran) cahaya yang Kami beri petunjuk dengannya sesiapa yang Kami kehendaki dalam kalangan hamba-hamba Kami. dan sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) adalah memberi petunjuk ke jalan yang lurus. (al-Shura 52)

Tiga Golongan

Rabu lepas saya hadir ke dinner rasmi mingguan anjuran OCIS di Bandar Oxford ini. Di sebelah tempat duduk saya penasihat hak asasi manusia bagi Commonwealth Secretariat. Namanya Treva D Braun. Beliau berbicara dengan saya beberapa tajuk terutama tentang kebimbangan beliau terhadap perlaksanaan Islam akan menjejaskan hak asasi wanita. Saya berbincang tentang salahfaham beliau mengenai wanita dalam Islam. Beliau berkata bahawa mungkin apa yang saya kata itu satu tafsiran namun apa yang berlaku sebaliknya. Beberapa isu dibangkitkan oleh beliau. Ada yang betul, ada yang hanya disebabkan persepsi beliau. Nilai yang berbeza. Apapun gambaran Islam yang ada mengelirukan beliau, atau mungkin sengaja memilih sikap yang demikian.


Semasa mendengar komentar beliau saya sekali lagi teringatkan soalan ‘siapakah yang bertanggungjawab atas terhalangnya hidayah sampai kepada manusia? Ya, secara umumnya tiga golongan paling bertanggungjawab; pertama, mereka yang menghalang hujah Islam atau ajaran Islam yang sebenar sampai kepada manusia. Kedua, mereka yang memutar belitkan kebenaran sehingga manusia keliru dan terhalang maklumat yang sebenar. Ketiga, mereka yang enggan menyampaikan ajaran yang sebenar.

Penghalang ajaran agama bukan sahaja ada di negara bukan muslim seperti beberapa negara komunis, tetapi juga kadang-kala dalam kalangan umat Islam sendiri. Bukan sedikit para pemerintah dalam dunia Islam yang menghalang ajaran yang sebenar. Bukan setakat hari ini; bahkan sejak zaman Islam di bawah khalifah-khalifah dalam pelbagai dinasti, ramai ulama yang ditahan, diseksa dan dibunuh. Bahkan dalam dunia Islam hari ada yang menggunakan nama ‘penguatkuasaan agama’ untuk menghalang hujah-hujah agama.

Jika di China umpamanya, penyebaran Islam secara terbuka tidak dibenarkan, tapi di Malaysia lebih menarik, artis tiada masalah ketika berdansa di khalayak ramai, tetapi didakwa apabila cuba bertazkirah agama atas alasan tauliah. Jika atas alasan ‘ajaran salah’ boleh difikir dan dinilai. Alasan tauliah semata, tidak jauh dengan alasan negara China. Bahkan berapa ramai mereka yang memiliki PhD dan Master pengajian Islam dari institusi pengajian Islam yang diiktiraf dalam dan luar negara tidak mendapat tauliah di Selangor.

Secara umumnya, apabila manusia benar-benar terhalang sehingga ruang cahaya kebenaran tidak dapat ditembusi, sehingga mereka jahil hakikat kebenaran; samada keseluruhan kebenaran atau sebahagiannya, maka kadar kejahilan manusia itu ditanggung dosanya oleh sesiapa yang menghalang hujah kebenaran untuk sampai kepada manusia.
Ini mengingatkan kita kepada surat Nabi s.a.w kepada Hercules:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, daripada Muhammad Pesuruh Allah kepada Hercules Pembesar Rom, salam sejahtera kepada sesiapa yang mengikut petunjuk. Seterusnya, aku menyeru kamu dengan seruan Islam, terimalah Islam nescaya kamu selamat. Allah akan memberikan kamu dua ganjaran. Jika kamu enggan, kamu menanggung dosa rakyat bawahanmu.

–kemudian baginda menulis firman Allah- (maksudnya):”Wahai ahli kitab, marilah kepada satu kalimah yang sama antara kami dan kamu; Iaitu kita semua tidak menyembah melainkan Allah, dan kita tidak sekutukan dengannya sesuatu jua pun; dan jangan pula sebahagian dari kita mengambil sebahagian yang lain untuk dijadikan orang-orang yang dipuja selain dari Allah”. Kemudian jika mereka (ahli kitab itu) barpaling (enggan menerimanya) maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam” –Ali ‘Imran: 64. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Disesatkan

Mereka yang menjadi pengikut bawahan terdiri dari dua kelompok; pertama mereka yang benar-benar terhalang cahaya kebenaran. Mereka ini selamat di akhirat Kedua; mereka yang berpeluang mendengar hujah kebenaran tetapi memilih untuk bersama dengan para penentang kebenaran disebabkan kelebihan yang ditawarkan. Mereka tidak selamat. Al-Quran menyebutkan tentang mereka yang menyebabkan orang lain sesat dengan firmanNya: (maksudnya)

“dan sesungguhnya mereka akan menanggung beban-beban dosa mereka dan beban-beban (dosa orang-orang yang mereka sesatkan) bersama-sama dengan beban-beban dosa mereka sendiri; dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat kelak tentang apa yang mereka pernah ada-adakan secara dusta itu”. (al-Ankabut: 13)


Media di Barat sentiasa memberikan gambaran yang negatif tentang Islam. Kaitan Islam dengan militant akan dibahaskan secara langsung dan tidak langsung. Orang awam ramai menjadi begitu prejudis dan phobia dengan Islam. Tujuan mereka amat halus dan jahat. Islam menjadi begitu kabur bagi sebahagian besar masyarakat dunia. Niat buruk media-media ini dikukuhkan lagi dengan berita-berita tindakan orang Islam sendiri.

Baru-baru ini di UK ada keluarga muslim yang membunuh anak perempuan mereka yang bercinta atas alasan honor killing. Islam digambarkan tidak menghormati hak asasi, walaupun banyak yang Barat sendiri langgar. Wanita dianggap tertindas berdasarkan takrifan kebebasan yang Barat gunapakai dan juga realiti yang berlaku seperti fatwa wanita tidak boleh memandu kereta di Arab Saudi dan tindakan sebahagian yang memaksa anak perempuan kahwin, paksaan memakai purdah dan lain-lain.

Wajah Islam yang pelbagai juga begitu mengelirukan. Di UK Alhamdulillah tahun ini hariraya adha serentak. Sebelum ini, setiap aliran berlainan hari. Ada salafi, ada sufi, ada brelewi ada syiah dan entah berapa lagi puak. Ditambah lagi dengan Ismaili dan Gadiani yang juga menggunakan nama Islam. Menu yang mengelirukan, boleh menjadikan orang awam hilang selera hendak makan. Di manakah Islam yang sebenar? Media Barat membakar api atas minyak yang mengalir.

Tanggungjawab Dakwah

Tugasan kita yang sebenar menyampaikan Islam yang berasaskan dalil dan hujah. Apabila kita mengetahui kebenaran, haram kita menyembunyikannya sehingga manusia menjadi keliru dan sesat. Cuma cara sesuatu kebenaran hendak disampaikan, hendaklah dengan hikmah agar menepati sasarannya. Dosa menyembunyikan kebenaran tanpa sebab yang sah sehingga manusia sesat akan ditanggung oleh mereka yang Allah kurniakan ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Tanpa perlu menoleh kepada gelaran ulama atau bukan ulama. Setiap kita bertanggungjawab menyampaikan kebenaran dengan kadar yang ada padanya. Sama seperti zakat harta, setiap orang membayar dengan kadar hartanya.
Kita perlu jelaskan Islam yang bersumberkan nas yang sahih dan hujah yang munasabah yang sesuai berdasarkan waktu dan tempat. Sesiapa yang menyembunyikan ilmu tentang kebenaran ini sehingga tidak tertegaknya hujah yang teguh untuk manusia memahami kebenaran maka dia akan dihukum oleh Allah. Sudah pasti ulama yang menyembunyi al-haq akan lebih dahsyat dilaknat Tuhan dibandingkan orang lain. Firman Allah : (maksudnya):

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab (yang diturunkan), mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (penyelewengan mereka) serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. (Surah al-Baqarah: ayat 159-160).

Sumber: http://drmaza.com/ 

24 Oktober 2012

Apabila Agama Menghakis Tuhan


Oleh: Prof Madya Dr Mohd Asri Zainul Abidin


Ramai pelajar pulang ke tempat masing-masing sempena Krismas. Oxford lengang dari pelajar. Hanya tinggal orang tempatan dan pelancung. Ataupun, orang yang tidak pulang ke tempat mereka seperti saya. Ini tidak ramai. Krismas bagaikan hariraya di tempat kita.

Setiap orang pulang berjumpa keluarga masing-masing. Ramai pasangan di sini yang tidak berkahwin mereka hanya ‘partner’. Oleh kerana sambutan Krismas lebih kepada nilai kekeluargaan, maka setiap orang pulang menemui keluarga sendiri. Ada yang pulang ke Perancis, ada yang ke Jerman, ke Austria, ke Russia dan pelbagai negara.

Pada hari Krismas ramai yang akan ke gereja, walaupun ramai mereka itu tidak pergi pada setiap Ahad. Krismas bagaikan satu tradisi yang tidak semestinya mewakili keimanan, tetapi satu perayaan. Masyarakat kita pun bukan sedikit yang sebegitu pada hariraya.

Agama itu kadang-kala sebagai saluran bersosial bukan semestinya satu kepercayaan yang pasti. Maka jangan hairan jika novelis tersohor Graham Greene yang banyak menulis berasaskan pegangan Catholic menyifatkan dirinya sebagai seorang penganut Catholic yang tidak mempercayai Tuhan. Betapa ramai yang sepertinya.

  Oxford dan Charles Darwin tidak dapat dipisahkan. Darwin dirayakan dan dinobatkan di sini. Pada tahun 1860, satu debat agung berlaku antara bishop Oxford Samuel Wilberforce dengan Thomas Huxley yang merupakan seorang biologist dan orang kanan Darwin. Apabila Wilberforce bertanya apakah Huxley sanggup mengaku datuk neneknya monyet? Huxley menjawab bahawa dia tidak malu untuk mempunyai datuk nenek monyet tetapi malu mempunyai hubungan dengan seseorang yang seperti Wilberforce yang menggunakan kelebihannya menghalang kebenaran.

Apakah Itu Agama?

Pun begitu tidak dinafikan bahawa masih ramai yang mempercayai ajaran Kristian namun versi yang pelbagai. Perdana Menteri Britian, David Cameron minggu lepas mengistiharkan Britian sebagai Negara Kristian dan beliau berharap agar ahli politik dan gereja tidak keberatan untuk mengungkapkan hal tersebut. Memang agak ganjil sebab dalam banyak hal mereka cuba mengasingkan agama dari ruangan awam (public space), tapi mereka juga mengisytiharkan negara mereka negara agama. Ini disebabkan maksud agama itu mungkin berbeza dari yang kita hayati, ataupun itu satu kenyataan yang mempunyai agenda politik yang tersendiri.

Kawan saya Elizabeth Syrkin seorang yang berketurunan campuran. Bapanya kristian ortodoks dari Rusia, sementara ibunya seorang yahudi. Sempena Krismas ini beliau ke Perancis bertemu keluarganya di sana. Saya bertanya beliau apakah persiapan beliau untuk Krismas? Beliau berkata bahawa beliau sebenarnya tidak mempercayai kewujudan Tuhan. Sebab itu, beliau hanya merayakan Krismas ala-ala kadar sahaja. Padahal Krismas itu perayaan atas asas agama. Ternyata bukan semua yang merayakan Krismas, mempercayai Tuhan, apatah lagi untuk mempercayai Jesus. Agama bukan menjadi begitu ‘ceroi’ jika gagal menghadapi perkembangan moden ini.

Apakah maksud agama pada mereka? Apakah ia sekadar perayaan, atau suatu kepercayaan yang jazam tentang rukun keimanan bagi agama itu. Ternyata, di Barat ini memakai baju dan lambang agama, atau merayakan perayaan belum tentu seseorang itu mempercayai agama berkenaan. Dalam konteks ini, Kristianiti.

Kemudian, kepercayaan kepada Tuhan juga tidak bererti seseorang mempercayai mana-mana agama secara khusus. Tuhan pada sebahagian mereka adalah ‘beyond religion’ atau merentasi segala agama. Pada mereka, Tuhan tidak boleh dipenjara dalam satu agama sahaja. Agama adalah bikinan manusia yang berkepentingan dan mempunyai latar sosial dan sejarah yang tersendiri.

Atheism

Atheism berkembang dalam dunia pada hari ini. Dikatakan 2.3 peratus penduduk dunia ini telah mengaku atheist. Bahkan ia sedang meningkat dengan hebat sehingga ada yang mendakwa 15 peratus sebenarnya atheist. Perkataan atheism adalah gabungan dua komponen Greek. A, bermaksud tanpa dan theism bermaksud kepercayaan kepada Tuhan atau tuhan-tuhan.

Etheism mempunyai sejarah yang sangat lama, lebih dua ribu tahu iaitu sejak kemunculan tokoh-tokoh falsafah Greek dan Rom lagi. Tiga tokoh besar silam etheism Epicurus, Diagoras dan Lucretius. Namun, sejak kebelakangan ini dengan kemunculan tokoh-tokoh baru seperti saintis Richard Dawkins dengan buku ‘The God Delusion’ dan seumpamanya telah menyemarakkan perkembangan ‘agama baru ini’. Hari ini golongan atheist ini juga menganggap mereka sebagai satu agama yang tersendiri atas asas mereka juga mempunyai sistem kepercayaan mereka.

Hal-hal ini berlaku disebabkan agama Kristian khususnya telah gagal memberikan jawapan kepada banyak persoalan saintifik dan falsafah yang dibangkitkan. Kegagalan memberikan jawapan yang tuntas dan tindakan gereja yang suka menghukum sesiapa yang berbeza tanpa memberikan jawapan kepada persoalan yang timbul telah mengikis kepercayaan awam terhadap agama dan kadang-kala sekaligus kepada kewujudan Tuhan itu sendiri.

Seperti yang kita tahu, Galileo Galilei seorang ahli fizik, matematik dan astronomi (1564-1642) telah dihukum oleh gereja. Bukunya disenarai ‘haram’kan oleh pihak gereja sehingga tahun 1835. Namun, pada tahun 1992, Pope John Paul II dalam usaha untuk me’relevan’kan agama Kristian yang makin mendapat kritikan, beliau telah membuat kenyataan umum menyesali tindakan dan layanan gereja terhadap Galileo.

Apabila menyebut kisah ini saya selalu teringatkan tindakan pihak berkuasa agama di Malaysia mengharamkan beberapa buku yang tidak serasi dengan mereka. Sebahagian buku itu tidak ada bukti jelas bercanggah dengan Islam seperti buku ‘Pelik Tapi Benar’ tulisan Ustaz Abdul Rahman Mohamed dari Singapura. Tanpa ada sebarang dalil putus, pihak jawatankuasa agama di Malaysia mengharamkan buku seperti ini. Hanya kerana ‘tidak sama selera’.

Lebih malang, yang mengharamkan itupun tiada sebarang karya ilmiah yang boleh diangkat. Malaysia, perlu berubah. Ada banyak pengurusan kita yang perlu dirombak. Jika tidak, krisis permusuhan atas nama agama yang dipergunakan akan terus berlarutan. Kita patut mengambil iktibar apa yang telah berlaku kepada gereja.

Islam dalam sejarahnya tidak memusuhi ilmu. Bahkan Islam agama dialog dan hujah. Berapa banyak ayat-ayat dalam al-Quran yang mengajak kepada dialog dan memerhatikan ciptaan alam. Tidak seperti Kristianiti, sains berkembang di bawah Islam. Antara kurun kelapan dan keempat belas, saintis muslim telah begitu tekun mengembangkan sains. Dunia tidak dapat menafikan sumbangan agung tersebut sehingga dipanggil Islam’s Golden Age.

Berfikir

Banyak nas-nas al-Quran yang menggesakan penelitian terhadap alam dan menjadikan itu sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Berulang setiap kali Allah menceritakan kejadian alam dan memberikan ruang berfikir kepada manusia. Allah menyatakan

“yang demikian itu bukti-bukti (kebesaran Allah) bagi mereka yang berfikir” (ar-Ra’d: 3, ar-Rum: 21, az-Zumar: 42),

juga disebut:

“yang demikian itu bukti-bukti (kebesaran Allah) bagi mereka yang berakal” (ar-Ra’d: 4, an-Nahl: 12, ar-Rum 24),

atau disebut:

“yang demikian itu bukti-bukti (kebesaran Allah) bagi mereka yang beriman” (an-Nahl: 79, an-Naml: 86, al-‘Ankabut: 24, ar-Rum: 37, a-Zumar: 52),

atau disebut:

“yang demikian itu bukti-bukti (kebesaran Allah) bagi mereka yang mahu mendengar” (Yunus: 67, ar-Rum: 23, as-Sajdah: 26) ,

atau disebut:

“yang demikian itu bukti-bukti (kebesaran Allah) bagi mereka yang berakal matang” (Taha: 54, 128),

dan seterusnya.

Jika umat Islam mengamalkan Islam yang sebenar, bersedia mengemukakan hujah, dialog, alasan dan perbincangan yang matang, maka secara lojiknya atheism tidak akan berkembang dalam masyarakat Islam. Bahkan, kepercayaan kepada agama juga tidak akan terhakis dengan perkembangan falsafah dan sains disebabkan Islam itu agama hujah.
Namun, malang sekali, pihak yang menguruskan Islam ini banyak yang mengambil sikap gereja di zaman kegelapannya, sehingga cenderung mengharam dan menghukum sebelum berdialog dan berbincang. Agama ini banyak diambil kesempatan oleh golongan yang dangkal akal tetapi menggunakan Islam untuk menonjolkan diri. Inilah yang berlaku termasuk di negara kita. Ramai golongan agama yang gagal berdialog secara matang, membakar emosi orang awam yang terikut-ikut atas nama slogan agama.

Lihat saja, sejak sekian lama laungan takbir ‘Allahu Akbar’ digunakan oleh golongan politik sekalipun ketika memaki hamun dan sumpah seranah terhadap orang lain. Nama Allah Yang Maha Besar dihina secara tidak langsung. ‘Allahu Akbar’ mengiringi kata-kata nista dan kejumudan akal. Inilah juga yang berlaku baru-baru ini apabila Pemuda UMNO Petaling Jaya bertakbir selepas mengugut untuk menampar dan meludah mahasiswa. Agama juga yang menjadi mangsa.
Islam mesti bergerak dalam dimensi yang baru. Era ini menuntut pendekatan baru disebabkan cabaran baru. Penolakan terhadap Tuhan atau mungkin menolak agama secara khusus akan berlaku jika muslim gagal menguruskan dakwah Islam di era ini. Ambil iktibar apa yang berlaku di Barat.

Sumber: http://drmaza.com/

19 Oktober 2012

Kisah Nabi Musa Dan Isterinya


Oleh: Kapten Hafiz Firdaus Abdullah


Saya yakin para pembaca sekalian kenal akan Nabi Musa ‘alaihi salam. Banyak kisah-kisahnya yang terdapat di dalam al-Qur’an. Sebagai orang-orang yang beriman kepada al-Qur’an, kita beriman bahawa semua kisah-kisah tersebut adalah benar dan ia mengandungi mesej atau pelajaran yang bermanfaat di sebaliknya.

Di sini saya ingin berkongsi satu bab dari kisah Nabi Musa. Ia merujuk kepada ketika beliau dalam perjalanan dari Madyan ke Mesir bersama isterinya. Al-Qur’an tidak menceritakan nama isteri beliau, bererti ia bukanlah sesuatu yang penting untuk mengetahui namanya.

Di sini para pembaca sekalian perlu berwaspada dengan para penceramah dan penulis buku agama yang suka menokok tambah nama dan kisah-kisah yang tidak terdapat di dalam al-Qur’an. Ini kerana apa yang diterangkan di dalam al-Qur’an sudah mencukupi sebagai pelajaran yang bermanfaat, apa yang tidak diterangkan dalam al-Qur’an bererti ia bukanlah pelajaran yang bermanfaat.


Tatkala Musa Meninggalkan Isterinya…

Apabila dalam perjalanan dari Madyan ke Mesir, Nabi Musa ternampak api atau cahaya di sebalik Gunung Tursina. Lantas beliau berkata kepada isterinya:

Berhentilah, sesungguhnya aku ada melihat api, semoga aku dapat membawa kepada kamu sesuatu berita dari situ atau sepuntung dari api itu supaya kamu dapat memanaskan diri. [al-Qashash 28:29]

Di sini terdapat sebuah pengajaran bahawa sekali pun Nabi Musa adalah seorang suami dan pemimpin keluarga, beliau tidak pergi begitu saja meninggalkan isterinya untuk menyiasat api tersebut. Beliau memaklumkan kepada isterinya untuk berhenti. Beliau memaklumkan kepada isterinya sebab untuk berhenti – yakni kerana ada melihat api. Beliau memaklumkan kepada isteri tujuan dia pergi sebentar – yakni untuk mendapatkan berita atau sepuntung api untuk isterinya dapat memanaskan diri.

Demikianlah ciri-ciri seorang suami yang baik. Meski pun suami tidak perlu meminta izin daripada isteri untuk pergi ke mana-mana, merupakan satu etika suami-isteri yang baik apabila suami memaklumkan kepada isteri akan aktivitinya dan sebab di sebalik aktiviti tersebut.

Umpama: “Sayang, hari ini abang menjangka pulang lewat dari pejabat. Ada temujanji dengan pelanggan pukul enam petang. Moga pertemuan ini berjaya dan memberikan kita pendapatan tambahan.” Atau: “Ummi, malam nanti abang akan bermain badminton bersama jiran sebelah di kompleks sukan berdekatan. Harapnya dengan senaman yang kerap, abang sentiasa seksi dan menarik kepada ummi.”

Apabila suami mendahului dengan teladan memaklumkan aktiviti serta tujuan di sebaliknya, isteri juga akan mengikuti dengan akhlak baik meminta izin sebelum keluar rumah serta menyatakan tujuan untuk keluar. Apabila suami tidak keluar melainkan dengan tujuan yang baik, isteri juga tidak akan keluar melainkan apabila memiliki tujuan yang baik.

Umpama: “Abang, hari Ahad ini ada kuliah muslimat di masjid berdekatan. Boleh saya menghadirinya, moga-moga mendapat ilmu bermanfaat untuk dikongsi bersama.”

Apabila suami menyatakan tujuannya untuk keluar, isteri dapat memahami apa yang dilakukan oleh suami, dapat memberi sokongan dan mendoakan kejayaan. Kembali kepada contoh di atas berkenaan suami yang pulang lewat dari pejabat, isteri dapat membalas dengan: “Baiklah abang, semoga pertemuan berjalan lancar. Saya akan mendoakan kejayaan abang berurusan dengan pelanggan itu. Nanti balik rumah kita makan malam bersama ya!”

Peranan Seorang Suami….

Sejak sejarah bermula, peranan suami ialah menyediakan perlindungan kepada isteri dan anak-anak. Ini jelas tergambar dalam perkataan Nabi Musa apabila beliau ingin pergi melihat api di sebalik Gunung Tursina, agar beliau dapat membawa balik: …sepuntung dari api itu supaya kamu dapat memanaskan diri.

Hampir semua suami mengetahui tanggungjawab mereka ialah melindungi isteri dan anak-anaknya. Melindungi dari cuaca dengan menyediakan rumah, melindungi dari kelaparan dan dahaga dengan menyediakan makanan dan minuman, serta pelbagai lagi. Akan tetapi mengetahui tanggungjawab tidak bererti mengetahui cara melaksanakan tanggungjawab. Apatah lagi dalam suasana kehidupan yang sangat menghimpit zaman kini, kebanyakan suami merasakan diri mereka gagal apabila tidak dapat menyediakan perlindungan yang sebaiknya untuk isteri dan anak-anak.

Berhadapan dengan cabaran ini, isteri dapat membantu dengan berterima kasih kepada suami dengan apa yang dapat beliau sediakan, serta memberi motivasi untuk beliau terus mengusahakan yang terbaik. Turut bekerja tidak semestinya merupakan pilihan yang terbaik, kerana ia sebenarnya mengurangkan peluang pekerjaan kepada para suami, sama ada suami sendiri atau suami-suami kepada isteri yang lain. Akhirnya golongan para suami akan semakin gagal dalam peranan mereka untuk melindungi dan ini lambat laun akan memberi pengaruh negatif kepada keharmonian rumahtangga semua pihak.

Sikit-Sikit, Lama-Lama Jadi Bukit.

Suami memaklumkan kepada isteri, isteri meminta izin suami, masing-masing menyatakan aktiviti dan tujuan di sebaliknya serta masing-masing melazimkan diri mengucapkan terima kasih dan memberi motivasi….semuanya nampak seperti perkara remeh temeh. Di manakah nilainya apabila dibanding dengan suami yang memberikan cincin berlian kepada suami dan isteri yang memberikan jam tangan berjenama kepada suami?

Percayalah, sebenarnya perkara-perkara kecil memiliki peranan yang lebih besar dalam menjaga keharmonian rumahtangga berbanding perkara-perkara yang besar lagi mahal. Betapa banyak suami-isteri yang hidup di rumah yang besar, peralatan yang canggih dan perhiasan diri yang mewah, namun mereka tetap tidak bahagia. Berbeza dengan suami-isteri yang hidup serba sederhana, namun hari-hari mereka dipenuhi dengan komunikasi yang bermanfaat antara satu sama lain. Mereka sentiasa tersenyum kerana memiliki rumahtangga yang bahagia.

Sekali lagi, apabila Allah menceritakan sesuatu kisah di dalam al-Qur’an, tentu ia memiliki pelajaran yang bermanfaat di dalamnya. Allah tidak menceritakan perkara-perkara kecil yang dilakukan oleh Nabi Musa bersama isterinya, melainkan ia memiliki pelajaran-pelajaran yang besar lagi bermanfaat untuk kita. Bak kata pepatah Inggeris: More often than not, it is the small nonmaterial things that count.

Sumber: http://hafizfirdaus.com/

11 Oktober 2012

Tuhanku! Apakah Daku Telah Kembali KepadaMu?


Oleh: Prof Madya Dato' Dr Mohd Asri Zainul Abidin


Kita sering mendengar cerita orang itu dan orang ini kembali kepada Islam. Cerita orang tertentu ‘kembali kepada Islam’ kadang-kala boleh dikomersialkan, terutama apabila dia ternama atau celebrity. Mungkin majlisnya bertambah meriah. Bayaran bertambah tinggi. Sorak sorai makin menghilai. Tepukan makin gemuruh.

Kita wajar bertanya: “apakah maksud seseorang kembali kepada Allah?” Ini satu persoalan yang kelihatan mudah tetapi kadang-kala bukan senang untuk benar-benar mengerti hakikatnya. Apabila lambang-lambang agama itu boleh menghasilkan kepentingan dunia, maka soalan ini makin sukar dijawab. Ramai orang yang ingin menggunakan agama bukan kerana dia mencari Tuhan, tetapi kerana agama boleh menjadi jambatan meraih banyak kepentingan duniawi dalam kehidupan ini.

Seorang pesalah yang penuh jenayah ke mahkamah dengan memakai kopiah, apakah itu bererti dia kembali kepada Allah? Seorang penyanyi yang memakai kopiah atau ‘baju melayu’, apakah itu bererti dia telah kembali kepada Allah? Seorang peniaga yang meletakkan ayat-ayat al-Quran di dinding kedainya, apakah dia telah kembali kepada Allah? Seorang yang telah menukar beberapa perkataan hariannya kepada perkataan arab seperti ana, enta, akhi, ukhti, jamaah dan lain-lain, apakah dia telah kembali kepada Allah? Seorang yang menyertai organisasi atau parti yang berlambangkan agama, apakah dia telah kembali kepada Allah? Bahkan seseorang yang mengikut kawan-kawan hadir ke kuliah agama disebabkan tawa-senda riang gembira yang didendangkan oleh penceramah, apakah dia telah kembali kepada Allah?

Kesemua persoalan ini sukar dijawab melainkan oleh diri insan yang berubah itu. Apakah perubahannya itu satu manifestasi ketulusan jiwa yang dahagakan redha dan cinta Tuhan, ataupun itu satu trend yang mempunyai keseronokan yang tersendiri, ataupun satu tindakan yang mempunyai kepentingan duniawi yang tertentu.

Al-Inabah

Perkataan kembali kepada Tuhan disebut sebagai al-inabah ataupun kembali kepada Allah. Al-Quran sering menyeru manusia agar berinabah kepada Allah dan menzahirkan manifestasi tersebut dalam bentuk penghayatan. Firman Allah: (maksudnya)

“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan dosa), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Dan berinabahlah (kembalilah) kamu kepada Tuhan kamu, serta serahlah diri kepadaNya, sebelum datang kepada kamu azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan”.

Insan kembali kepada Allah apabila merasakan diri tersesat ataupun berdosa. Dia hanya mengharapkan keampunan dan keselamatannya apabila bertemu Allah nanti. Mencari sakinah atau ketenangan roh di dunia dan kelazatan hidup di akhirat. Dia tidak kembali kepada Allah sebagai satu ‘pameran’ untuk menyukakan perasaan orang lain atau mengaut satu keuntungan atas tiket al-Inabah. Sama sekali tidak! Jika itu berlaku, hakikatnya dia tidak kembali kepada Allah. Inilah yang Nabi s.a.w tegaskan semasa hijrah. Soal keikhlasan jiwa insan yang berhijrah atas nama Tuhan. Mungkin petunjuk zahir kelihatan sama di mata awam, namun hakikat di sisi Allah berbeza.
Justeru Nabi s.a.w menyebut:

“Sesungguhnya setiap amalan itu hanya dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapat balasan mengikut apa yang diniatkan. Sesiapa yang berhijrah kepada Allah dan rasulNYA maka hijrahnya itu kepada Allah dan rasulNYA. Sesiapa yang hijrahnya mencari duniawi atau untuk mendapatkan wanita yang ingin dikahwini, maka (pahala) hijrahnya itu mengikut niatnya.” (Riwayat al-Bukhari).
Ikhlas

Maka, perkara maha utama dalam agama ini ialah soal keikhlasan insan terhadap tuhannya. Ia adalah perkara rohani yang paling ramai manusia gagal menunaikannya. Bukan sahaja orang jahil yang gagal dalam menanganinya, telah gagal juga orang alim. Bukan sahaja gagal para penceramah agama, telah gagal juga para mujahid yang berperang di jalan Allah. Bukan sahaja telah gagal mereka yang membaca buku biasa, tetapi telah gagal mereka yang membaca al-Quran. Bukan sahaja telah gagal penderma kecil, tetapi telah gagal juga penderma yang besar.
Sabda Nabi s.a.w:

“Orang yang awal dibicarakan pada Hari Kiamat seorang yang mati syahid. Dia dibawa memperkenalkan diri. Allah bertanya: “Apakah yang telah engkau lakukan di dunia?” Dia menjawab: “Aku telah berperang keranaMU sehingga syahid”. Allah berkata: “Engkau bohong, sebaliknya engkau berperang supaya engkau dikatakan berani, dan itu telah pun dikatakan padamu”. Lalu diperintahkan agar dia dihukum, diheret wajahnya sehingga dihumbankan ke dalam neraka.

Datang pula seorang yang lain yang mempelajari ilmu, mengajarnya dan membaca al-Quran. Dia dibawa memperkenalkan diri. Allah bertanya: “Apakah yang telah engkau lakukan di dunia?” Dia menjawab: “Aku telah mempelajari ilmu, mengajarnya dan membaca al-Quran keranaMU”. Allah berkata: “Engkau bohong, sebaliknya engkau belajar ilmu supaya engkau dikatakan alim dan engkau baca al-Quran supaya engkau dipanggil qari. Itu telah pun dikatakan padamu”. Lalu diperintahkan agar dia dihukum, diheret wajahnya sehingga dihumbankan ke dalam neraka.

Datang pula seorang yang Allah luaskan rezekinya dan telah diberikan pelbagai jenis harta. Dia dibawa memperkenalkan diri. Allah bertanya: “Apakah yang telah engkau lakukan di dunia? Dia menjawab: “Aku tidak tinggal satu jalan pun yang Engkau suka untuk didermakan melainkan aku telah pun menderma padanya keranaMU”. Allah berkata: “Engkau bohong, sebaliknya engkau lakukan supaya engkau dikatakan pemurah, dan itu telah pun dikatakan padamu”. Lalu diperintahkan agar dia dihukum, diheret wajah sehingga dihumbankan ke dalam neraka. (riwayat Muslim).

Hadis ini sangat merunsingkan kita semua. Demikianlah besarnya peranan ikhlas. Sejauh mana pun manusia memuji kita, tiada ertinya jika amalan kita ini tidak dinilai ikhlas di sisi Allah. Hakikat yang mesti direnung oleh setiap insan tentang dirinya: “siapakah aku ini di sisi Tuhanku?”. Segala ceramah, pakaian agama, bahasa yang ‘berbunyi’ agama, lambang yang ‘bercorak agama’ dan segalanya itu tiada apa-apa erti jika seseorang itu ditolak keikhlasan oleh Allah. Syaitan boleh menukar niat yang murni menjadi bongkak dan riyak. Akhirnya berguguran pahala bagaikan daun yang kering. Ya Allah! Betapa kami takut hal itu. Ampunilah kami, curahkan keikhlasan ke dalam nurani ini.

Mencari Tuhan

Saya tersentuh membaca coretan Naima B. Robert dalam ‘From My Sisters’ Lips’. Karya menarik tentang pengembaraan dirinya dan wanita lain dari alam kesesatan kepada Islam. Beliau mencatatkan betapa wanita di UK yang menemui Islam mempunyai pelbagai latar belakang yang tersendiri. Berubah sekalipun terpaksa berkorban hidup dalam masyarakat seperti UK yang minoriti muslim. Keikhlasan membawa mereka kepada Tuhan. Saya ingin memetik ungkapan beliau:

“As i read through the few stories I have collected, I am reminded of their value: they show the universal appeal of Islam. The sheer diversity of the backgrounds and life experiences that characterize the sisters in this book show that Islam can speak to anyone… they each have their own unique personality, their own voice. They were arch feminists, African nationalists, underground anarchists, music moguls, rock rebels, disco queens, devoted church-goers, designers, athletes, models, singer career girls, Masters students, cultural Muslims, Christians, Sikhs, atheists, from every racial backgrounds and all ages. And, most unexpectedly, Islam was able to reach out to each of them, to settle in their hearts and speak to every one of them in a personel way, giving them the answers they were looking for and changing their lives for ever” (pg 98).

Ya, ramai yang telah kembali kepada Tuhan. Mencari kebenaran bukan untuk pameran kebanggaan atau komersial yang mendatang faedah duniawi seperti yang berlaku di sesetengah tempat, tetapi untuk diri sendiri. Ya, boleh dikongsi untuk pengajaran, bukan mengaut kekayaan. Kembali insan kepada Tuhan ialah kepada tauhid yang hakiki dan murni. Menjadikan Allah sebagai paksi kehidupan. Inilah perkara penting yang perlu difahami oleh setiap muslim. Indahnya Islam ini kerana ia membuka hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Tauhid yang kudus dan penuh murni. Tiada perantaraan paderi atau ustaz atau pun wali atau siapa sahaja dalam hubungan terus insan dan Tuhan.

Malangnya, sesetengah golongan agama suka mengambil kesempatan atas kejahilan manusia lalu cuba menjadi orang tengah yang mendapat komisyen. Sekali lagi saya ingin memetik apa yang Robert coretkan dalam ‘From My Sisters’ Lips’:

“…to worship God alone. This is the cornerstone of the Islamic faith: tawheed –pure and unadulterated monotheism. The Islamic lifestyle revolves around the worship of the Creator alone, without any partners. There are no intermediaries: no all-powerful clergy, no confessional priests, no saints to be called upon, no prophets to be sacrificed to, no deities to be appeased, no ancestors to be consulted…The depth and comprehensiveness of Islamic monotheism blew my mind. I could not think of another belief system that kept worship uniquely and solely for God alone” (pg 101).
Kita semua perlu kembali kepada Tuhan. Kita semua sering melakukan dosa. Tidak kira siapa kita. Kita kembali kepada Tuhan untuk mentauhidkannya dan mendapat keampunan serta hidayahnya. Tidak untuk selain itu. Maka wajar kita sering bertanya: “Siapakah daku di sisi Tuhanku? Wahai Tuhan apakah aku telah kembali kepadaMU?”

Sumber: http://drmaza.com/

04 Oktober 2012

Wadah Dari Seorang Isteri...

Oleh: Nor Baizura Ramli



Ya Allah...

Andai suamiku ini adalah pilihanMu di arash,
Berilah aku kekuatan untuk terus bersamanya.

Andai suamiku inilah yang akan membimbingku di titianMu,
Kurniakanlah aku sifat kasih sayang & redha atas segala perbuatannya.

Andai suamiku ini adalah bidadara untukku di syurgaMu,
Limpahkanlah sifat tawaduk akan segala perintahMu.

Andai suamiku ini adalah yang terbaik untukku,
Peliharalah tingkah lakuku daripada menyakiti perasaannya.

Tapi ya Allah...

Andai suamiku ini ditakdirkan bukan untukku seorang,
Kau tunjukkanlah jalan terbaik untukku harungi segala dugaanMu.

Andai suamiku tergoda dengan keindahan duniaMu,
Limpahilah padaku kesabaran untuk terus membimbingnya.

Andai suamiku tunduk terhadap nafsu yang melalaikan,
Kurniakanlah kekuatan untukku perbetulkan keadaannya.

Andai suamiku menyintai kesesatan,
Kau pandulah aku menariknya dari terus terlena.

Amin, amin, amin,
Ya Rabbal alamin...

Sumber: Samsung Galaxy S Plus

“Negeri Kelantan Seindah Namamu”



OleH: Oki Sentiana Dewi
Negeri Kelantan seindah namamu,
Tanah serendah sekebun bunga,
Negeri tadahan wahyu,
Cik Siti Wan Kembang,
Cukup indah namamu,
Seindah negerimu,

Duhai wajahmu yang indah,
Persis Jeddah,
Yang pernah ku lewati,
Taat menjunjung Al-Quran,
Teguh menggalas syariat,
Yang tidak pernah goyah,
Tersentuh hati kudusku,

Lantaran aku disini,
Biar tidak pernah ku duga,
Bertemu dengan seorang ulama,
Yang dicintai rakyatnya,
Lalu kuntum rindu yang lama tersimpan,
Terubat jua akhirnya,
Biar sekelumit cinta,

Beruntung rakyatnya,
Menumpang teduh seorang ulama,
Yang lembut tapi tegas beribadah,
Yang pengasih namun tidak goyah,
Pada percikan kealpaan dunia,
Pasti aku merinduimu lagi,
Entah kapan bisa di ubati,
Cuma setitis doa bisa ku titip buatmu,
Memacu membangun Islam bersama,
Semoga kita bertemu kembali.

- Oki Setiana Dewi
Program Bicara Selebriti
Hari Hiburan Islam(HAI) 9 Mac 2012
Kelantan Trade Center, Kota Bharu
Kelantan
9 Mac 2012

Sumber: Youtube

01 Oktober 2012

"Hidayah perlu dicari, macam juga jodoh dan rezeki.."


Oleh: Wardina Safiyyah



Perkongsian Dari Hati "Hidayah perlu dicari, macam juga jodoh dan rezeki.."

Bismillahirahmanirrahim. Dengan nama Allah yang Maha penyayang lagi Maha pengampun. Assalamualiakum pembaca sekalian. Anggaplah luahan hati ini rintihan jiwa seorang hamba yang bermusafir yang terlalu ingin lebih dekat dengan TuhanNya. Moga kita semua diberi kesempatan untuk berkongsi lebih banyak kebaikan bersama.

Kata seorang rakan pada saya, “Hidayah perlu dicari, macam juga jodoh dan rezeki konsepnya Dina" .Benar sekali, hidayah tidak datang bergolek. Akan tetapi ramai yang cuma menanti hati mereka ‘dibuka’ tanpa sebarang usaha. Ramai yang menanti ‘seru’ hadir tanpa berbuat apa-apa. Seperti yang berkata “Aku nak kaya” namun duduk saja goyang kaki, tanpa usaha, maka mana mungkin harta turun dari langit begitu saja. Samada kita sedar atau tidak, setiap hari kita memohon hidayahNya. Setiap hari kita memohon Allah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus. Berapa kali kita sebut, baca dan ulang dalam Surah Al-Fatihah. (ٱهْدِنَا ٱلصِّرَ ٰط ٱلْمُسْتَقِيمَ - Tunjukilah kami jalan yang LURUS) Berapa ramai yang benar-benar fahami dan bersungguh tatkala membacanya. Ini peringatan untuk diri juga!

Perkara yang paling menakutkan saya adalah apabila menyedari hakikat bahawa hidayah ini hak milik mutlak Allah SWT, Al-IIah, Ar-Rab, yang dianugerahkan kepada sesiapa yang Allah Al-Wahab mahukan. Allah Al-Hakim lebih tahu siapa yang berhak mendapat hidayahNya. Allah Maha Mengetahui kerana Allah itu Al-A’leem, Al-A’alim, siapa yang tidak patut memilikinya. Seperti bagaimana Rasulullah SAW sendiri memohon dan berdoa untuk bapa saudaranya, Rasulullah SAW merayu dan memujuk Abu Talib yang telah membantu baginda dengan masa dan tenaganya, dengan menjaga dan memeliharanya namun hidayah bukan di tangan kita. Itulah pengajaran yang paling besar. Itulah hakikatnya.

Hidayah kata Mufti Ismail Menk tempoh hari di dalam kuliahnya, perlu dicari dengan kesungguhan dan kepayahan. Struggle. Dengan keringat perjuangan. “Those who struggle in Allah’s way, the doors of Allah will open in their way” Mereka yang berjuang untuk ke jalan Allah, yang cuba dan berusaha akan dibukakan pintu kearahNya” InsyaAllah dengan izinNya, hidayah akan diberi. Apa dia kesan hidayah? Kesan hidayah ini maka kebaikan akan terasa mudah untuk dilakukan.

Saya simpulkan pengajaran yang saya perolehi mengenai bagaimana untuk kita terus Istiqamah setelah mendapat hidayah, ya walaupun sedikit. Semoga Allah yang Maha Pemurah, memberi lebih dan lebih hidayahNya kepada kita. Peringatan ini juga amat berguna untuk diri saya yang serba dhaif lagi jahil ini. Mustaqim dan Istiqamah asalnya dari perkataan yang sama. Untuk memastikan kita terus kekal Istiqamah dengan hidayah yang telah diberi, agar hidayah itu tidak hilang, lenyap dan sepi kata mufti Menk, ada beberapa panduan yang diberikan yang ingin saya kongsikan dengan anda semua:-

1) Pengajaran pertama - Jangan bimbang pandangan orang lain. Abu Talib ‘takut’ pandangan pembesar Qurasyh yang lain, begitu bimbang mengenai apa yang akan ‘diperkatakan’ setelah dia meninggal, sekiranya dia menjadi seorang Muslim, maka kerana ke’risau’an inilah yang menyebabkan Abu Talib tidak mengucap Syahadah.

2) Kedua - Istiqamah mengekalkan hidayah tidak akan berlaku sekiranya kita ‘menyibukkan’ diri menilai orang lain kata Mufti Menk. Bergossip membuatkan kita sibuk dengan hal dan aib orang lain sehingga terlupa menilai diri. Bergossip dan berkata buruk sudah cukup berdosa, apatah lagi mengaibkan dan memfitnah. Sibukkan diri mengenai hal diri, kekurangan diri, keluarga, anak-anak daripada orang lain. InsyaAllah Allah akan beri kita hidayah. Kedua, sibukkan diri dengan hal sendiri bukan orang lain.

3) Ketiga- Hidayah akan kekal sekiranya kita sentiasa i) Beristighfar dan ii) Bertaubat. Beristighfar bererti kita memohon maaf setelah tersedar dan setelah melakukan apa saja dosa dan kesilapan, namun bertaubat bererti kita kembali kepada Allah dengan memalingkan hati dan diri kearahNya. Beristighfar sahaja belum cukup, namun memalingkan diri kembali adalah kunci untuk mendapatkan hidayah, seterusnya mengekalkan hidayah itu. Kita PERLU dan mesti sentiasa beristighfar dan bertaubat, Allah memberi Taubah itu sebagai hadiah kepada hambaNya, bayangkan jika tiada konsep taubah? Oleh itu saya sering ingatkan diri, jangan berputus asa, teruskan perjuangan dan InsyaAllah Allah akan menunjukkan kita jalan yang lebih baik dari sekarang.

4) Keempat - Amalan yang berterusan. Lagi dan lagi. Tambah dan tambah amal. Bagaiamana? Dengan mengikhlaskan hati, mencari dan mencari dan mengikut contoh dari Rasulullah SAW.

5) Kelima- Sampaikan kebaikan. Hidayah akan terkesan dan kekal sekiranya kita menjadi agen untuk menyampaikan kebaikan. Konsep Amal ma’ruf nahi mungkar ini dapat mengingatkan diri dan orang lain. Ya, marilah kita sebarkan kebaikan, kasih dan sayang, bukan kebencian, keburukan dan kejahatan! Walaupun sedikit! Sedikit dan sekecil biji sawi sekalipun ianya akan dinilai Allah Al-Hasib.

6) KeenamCarilah kawan yang soleh. Pilihlah kawan kita, kawan atau rakan yang akan MENGINGATKAN kita sekiranya kita tergelincir. Rakan dan sahabat yang jujur memberi teguran. Seram sejuk apabila mufti memberikan contoh bagaimana nanti, apabila dibangkitkan kembali, sahabat karib kita akan menjadi musuh, bercakaran sesama sendiri, bertanya kepada kita – “kenapa engkau tidak menasihati aku dulu?” “Engkau tahu apa yang aku lakukan salah, kenapa engkau tidak ingatkan?” Na’zubillah. Mari kita ingatkan rakan kita, dengan penuh hikmah dan kasih.

7) KetujuhHidayah akan kekal dengan Ilmu. Kita perlukan ilmu untuk berada di atas jalan yang benar. Terus dan terus dan terus tanpa henti menggali ilmu dari sana dan sini. Dari sumber yang sahih lagi dipercayai. Lebih banyak kita tahu lebih banyaklah kita tahu yang kita ini tidak tahu.

Pesanan mufti yang terakhir benar-benar membuatkan dewan tergamam tanpa suara. Untuk mendapat hidayah, kata mufti “JAGALAH MATA” Jagalah mata, kerana khuatir pandangan itu pandangan syaitan. Tundukkanlah pandangan. Saya sedang cuba mempraktikannya walau saya seorang wanita. Saya yakin para lelaki mempunyai dugaan yang lebih. Menjaga mata dengan tidak melihat dan menilai apa yang orang lain pakai, tidak melihat kereta apa yang mereka bawa, atau melihat kelebihan mahupun kekurangan. Kenapa? Supaya lebih kurang rasa ingin membandingkan diri dan mengata. Supaya lebih kurang iri hati dan dengki hinggap di dalam hati ini. Semuanya bermula dengan mata. Akan saya pegang nasihat ini.

InsyaAllah semoga kita diberi semua diberi hidayah oleh Allah SWT. Kita semua sebenarnya sama saja, sedang berjuang dan berusaha untuk lebih dekat denganNya. Ingatlah Allah, itulah pesanan terakhir Mufti Menk. Ingatlah Allah pada setiap masa dan ketika, bukan hanya apabila bertasbih selepas solat di atas sajadah. Ingatlah Allah tatkala makan, melakukan kerja dan bermesra dengan anak atau isteri dan suami misalnya. InsyaAllah mari kita cuba. Ingatlah Allah dengan sengaja, apabila melakukan apa saja. Jika semua umat Islam dan semua orang memegang konsep Allah melihat apa sahaja kita lakukan, MasyaAllah bayangkan betapa banyaknya kemungkaran dan kejahatan tidak akan berani dilakukan. Kepercayaan bahawa Allah itu Ar-Raqeeb yang Maha Melihat perlu disematkan kembali didalam jiwa kita ini.
Wallahua’lam. Amin

Sumber: http://www.wardinasafiyyah.com/

Anda mungkin juga meminati:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...